Vancomycin

Komposisi:

Tiap vial mengandung Vancomycin HCl setara dengan Vancomycin 500 mg.

Sediaan/Kemasan:

Dus isi 2 vial @ 500 mg.

Farmakologi:

Menghambat sintesis dinding sel bakteri pada tempat yang berbeda dengan penicillin dan cephalosporin dengan cara berikatan kuat dengan prekursor dinding sel D-alanyl-D-alanin.

Vancomycin dapat mengubah permeabilitas membran sitoplasmik bakteri dan secara selektif menghambat sintesis RNA.

Indikasi:

– Infeksi serius yang disebabkan oleh strain Staphylococcus peka yang resisten terhadap methicillin (resisten terhadap beta-lactam).

– Alergi penicillin.

– Tidak dapat menerima atau gagal dengan pengobatan lain, termasuk penicillin atau cephalosporin.

– Infeksi mikroorganisme peka terhadap vancomycin tetapi resisten obat antimikroba lainnya.

– Endokarditis yang disebabkan oleh Staphylococcus, Enterococcus seperti E. faecalis (dikombinasikan dengan aminoglikosida), dan diphteroid.

– Prosthetic valve endocarditis yang disebabkan oleh S. epidermidis atau diphtheroid (kombinasi dengan rifampin, aminoglikosida, atau keduanya).

Kontraindikasi:

Hipersensitif terhadap vancomycin.

Dosis:

– Dewasa: 500 mg setiap 6 jam atau 1 g setiap 12 jam.

– Anak: 10 mg/kg berat badan, diberikan setiap 6 jam.

– Bayi dan neonatus: dosis awal 15 mg/kg, diikuti 10 mg/kg setiap 12 jam untuk neonatus hingga usia 1 minggu atau setiap 8 jam untuk bayi hingga usia 1 bulan.

– Gangguan fungsi ginjal dan lansia dengan penurunan fungsi ginjal: perlu penyesuaian dosis

Peringatan dan Perhatian:

– Sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan dalam waktu tidak kurang dari 60 menit.

– Dapat menyebabkan ototoksisitas, penggunaan bersama dengan sediaan ototoksik dengan dosis berlebih dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.

– Fungsi pendengaran perlu diperiksa berkala untuk memperkecil risiko ototoksisitas.

– Hati-hati pada pasien dengan gagal ginjal, dosis perlu disesuaikan pada pasien gangguan fungsi ginjal.

– Pemeriksaan ginjal secara berkala dan penyesuaian dosis untuk penderita gangguan fungsi ginjal atau pasien yang mendapat pengobatan aminoglikosida lainnya untuk memperkecil risiko nefrotoksisitas.

– Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme tidak peka.

– Kadang-kadang dapat terjadi kolitis pseudomembranosa yang disebabkan C. difficile.

– Neutropenia reversibel dilaporkan terjadi pada pasien yang menerima vancomycin IV.

– Vancomycin dapat mengiritasi jaringan, sehingga pemberian sebaiknya secara IV.

– Penggunaan pada wanita hamil dan menyusui hanya jika sangat diperlukan.

– Pemberian secara bersamaan dengan sediaan anestetik dapat menyebabkan eritema dan histamine-like flushing pada anak.

– Bila terjadi superinfeksi selama pengobatan, sebaiknya diganti dengan pengobatan yang tepat.

– Keamanan dan efektivitas pemberian secara intratekal belum ditetapkan.

Efek Samping:

Rasa dingin, mual, menggigil, urtikaria, anafilaksis, eosinofilia, neutropenia, sindrom Stevens-Johnson, vertigo, pusing, ototoksisitas, tinitus, toxic epidermal necrolysis,vaskulitis, demam, hipotensi, nefrotoksisitas, kulit kemerahan, tromboflebitis, rasa nyeri di tempat injeksi.

Interaksi Obat:

Aminoglikosida, injeksi amphotericin B, aspirin atau golongan salisilat, injeksi bacitracin, injeksi bumetanide, capreomycin, carmustine, cisplatin, cyclosporine, asam etakrinat, injeksi furosemide, paromomycin, polymyxin, cyclizine, meclizine, fenothiazine, trimethobenzamide.

Farmasi:

PT. Kalbe Farma Tbk.

About WebDokter ID

Web Dokter ID email: webdokterid@gmail.com

View all posts by WebDokter ID →