Lanzox

Komposisi:

Setiap vial mengandung toksin botulinum tipe A 50 U dan 100 U.

Sediaan:

Serbuk liofilisasi steril dalam vial.

Farmakologi:

Toksin botulinum tipe A menghambat transmisi neuromuskuler dengan berikatan di akseptor pada terminal saraf motorik, memasuki terminal saraf, dan menghambat pelepasan neurotransmiter asetilkolin. Penghambatan ini terjadi saat neurotoksin memotong SNAP-25, protein yang memisahkan dan melepaskan asetilkolin dari ujung saraf. Saat disuntikkan secara intramuskuler dalam dosis terapeutik, toksin botulinum tipe A menghasilkan penumpukan kimia secara parsial pada otot, sehingga terjadi pengurangan aktivitas otot secara lokal.

Indikasi:

Untuk menangani strabismus, blefarospasme yang terkait dengan distonia, termasuk blefarospasme jinak, dan kejang hemifasial pada pasien usia 12 tahun ke atas.

Kontraindikasi:

Hipersensitif yang diketahui terhadap bahan apapun dalam formulasi.

Dosis:

•Posisi injeksi:

a.Untuk blefarospasme: Injeksi harus dilakukan secara intramuskuler pada beberapa titik kelopak mata atas dan bawah, contoh tentukan 4 sampai 5 titik injeksi ke medial dan lateral pra-tarsal orbicularis oculi dari kelopak mata atas, ke dalam lateral pre-tarsal orbicularis oculi dari kelopak mata bawah dan ke canthus lateralis temporal.

b.Untuk kejang hemifasial: Selain poin yang disebutkan di atas, tiga titik lainnya di wajah dan pipi bagian tengah bawah harus diberikan secara intramuskuler. Lanzox dapat diberikan pada kedua alis, bibir atas, atau rahang bawah sesuai dengan penyakitnya.

c.Untuk strabismus: Lanzox disuntikkan menggunakan jarum elektroda coaxial dengan panduan elektromiografi atau amplifier dengan anestesi topikal. Suntikan pada otot ekstraokuler dipilih sesuai dengan tipe dan posisi strabismus.

•Dosis:

a.Untuk blefarospasme dan spasme hemifasial: Injeksi dapat diberikan mengikuti petunjuk di atas. Dosis awal masing-masing titik adalah 2,5 U/0,1 mL. Jika pengobatan awal dianggap tidak mencukupi pada satu minggu kemudian, injeksi tambahan dapat diberikan. Dosis ganda 5 U/0,1 mL dapat diberikan pada pasien yang gejalanya timbul kembali. Namun, keterbatasan dosis total 55 U untuk satu injeksi dan 200 U selama satu bulan tidak boleh dilampaui. Secara umum, efek awal suntikan terlihat dalam tiga hari dan mencapai puncak pada satu sampai dua minggu setelah perawatan. Prosedur bisa diulang tergantung respons individu.

b.Untuk strabismus:

•Untuk strabismus otot vertikal dan horizontal kurang dari 20 prisma D, dosis awal ke masing- masing otot adalah 1,25-2,5 U.

•Untuk strabismus otot horizontal dari 20-40 prisma D, dosis awal ke masing-masing otot adalah 2,5 U.

•Untuk strabismus otot horizontal dari 40-50 prisma D, dosis awal ke masing-masing otot adalah 2,5 U dan dapat ditingkatkan menjadi 5,0 U setiap waktu tergantung pada responsnya.

•Untuk kelumpuhan saraf VI yang bertahan selama lebih dari satu bulan, dosis 1,25-2,5 U dapat disuntikkan ke rectus medialis.

•Volume suntikan ke setiap otot tidak boleh melebihi 0,1 mL.

•Untuk pasien yang memiliki respons kurang baik, injeksi tambahan bisa diberikan. Untuk pasien yang kambuh, dosisnya bisa diulang atau meningkat secara tidak teratur. Tapi untuk setiap otot, dosis maksimal sebaiknya kurang dari 5 U/injeksi.

•Dosis awal Lanzox biasanya membuat kelumpuhan otot yang disuntikkan satu sampai dua hari setelah injeksi dan intensitasnya meningkat selama minggu pertama. Kelumpuhan berlangsung selama 2-6 minggu dan secara bertahap efektivitasnya berkurang.

Peringatan dan Perhatian:

• Jangan melebihi dosis dan frekuensi pemberian yang dianjurkan toksin botulinum tipe A.

• Perhatian pada saat menggunakan toksin botulinum tipe A pada individu dengan penyakit neuropati perifer motorik (misalnya amyotrophic lateral sclerosis, atau neuropati motorik) atau gangguan neuromuscular junction (misalnya miastenia gravis atau sindrom Lambert-Eaton) karena memiliki risiko tinggi terhadap efek sistemik yang signifikan secara klinis seperti disfagia berat dan gangguan pernapasan.

• Hati-hati gangguan sistem kardiovaskular pada pasien dengan penyakit kardiovaskular sebelumnya, termasuk aritmia dan infark miokard.

Interaksi Obat:

•Aminoglikosida atau agen lain yang mengganggu transmisi neuromuskuler (misalnya curare-like nondepolarizing blockers seperti lincosamides, polymyxins, quinidine, magnesium sulfate, antikolinesterase, suksinilkolin klorida) karena dapat meningkatkan efek toksin.

•Pemberian serotipe neurotoksin botulinum yang berbeda pada saat bersamaan atau dalam beberapa bulan dapat menyebabkan terjadinya kelemahan neuromuskuler berlebihan yang dapat diperburuk dengan pemberian toksin botulinum lainnya sebelum resolusi efek toksin botulinum yang diberikan sebelumnya.

Efek Samping:

•Umum

-Efek samping yang paling serius: laporan kematian spontan (jarang), kadang-kadang terkait dengan disfagia, pneumonia, dan/atau kelemahan lainnya.

– Kejadian yang jarang terjadi yang melibatkan sistem kardiovaskular, termasuk aritmia dan infark miokard, beberapa dengan hasil fatal.

– Glaukoma sudut tertutup akut satu hari setelah menerima suntikan toksin botulinum untuk blefarospasme, pemulihan terjadi setelah iridotomi laser dan trabekulektomi.

– Kelumpuhan wajah fokal, sinkop, dan eksaserbasi miastenia gravis juga telah dilaporkan setelah pengobatan blefarospasme.

•Strabismus

– Disorientasi, penglihatan ganda, atau past-pointing

– Otot ekstraokuler yang berdekatan dengan tempat suntikan seringkali terpengaruh, menyebabkan ptosis atau deviasi vertikal, terutama dengan toksin botulinum tipe A dosis tinggi.

•Blefarospasme dan spasme hemifasial

– Ptosis, iritasi/berair (termasuk mata kering, lagoftalmus, dan fotofobia).

– Ekimosis terjadi dengan mudah di jaringan kelopak mata yang lembut

– Gangguan kornea yang serius, defek epitel persisten dan ulserasi kornea.

•Imunogenisitas

– Pembentukan antibodi yang dapat mengurangi efektivitas perawatan selanjutnya.

Penyimpanan:

Simpan produk dalam freezer atau antara 2 – 8°C

Farmasi:

PT. Kalbe Farma Tbk.

About WebDokter ID

Web Dokter ID email: webdokterid@gmail.com

View all posts by WebDokter ID →