Kamyfet

Komposisi : 

Setiap kaplet salut selaput mengandung mycophenolate mofetil 500 mg.

Sediaan/Kemasan :

Dus: 6 strip @10 kaplet salut selaput.

Farmakologi :

Mycophenolate mofetil merupakan ester 2-morpholinoethyl dari asam mycophenolate (MPA), suatu penghambat reversibel inosin monophospate dehidrogenase (IMPDH) yang poten, selektif, dan non-kompetitif, dan oleh karenanya menghambat jalur de novo dari sintesis nukleotida guanosine tanpa bergabung dengan DNA. MPA memiliki efek sitotastik yang lebih poten pada limfosit dibandingkan dengan sel lain. Mycophenolate mofetil efektif sebagai profilaksis rejeksi organ pada pasien yang menerima transplantasi jantung alogenik.

Indikasi :

Kaplet mycophenolate mofetil diindikasikan sebagai profilaksis rejeksi organ akut dan untuk meningkatkan survival organ dan pasien yang menerima transplantasi jantung alogenik. Mycophenolate mofetil harus digunakan bersamaan dengan cyclosporin dan kortikostreroid.

Dosis :

Dosis standar untuk profilaksis rejeksi ginjal

Dosis awal mycophenolate mofetil oral sebaiknya diberikan dalam waktu 72 jam setelah transplantasi dilakukan. Meskipun dosis 1,5 g dua kali sehari (dosis harian 3 g) telah digunakan dalam uji klinik dan terbukti aman dan efektif, namun tidak memberikan manfaat lebih bagi pasien transplantasi ginjal. Pasien yang mendapatkan mycophenolate mofetil dengan dosis 2 g per hari secara umum menunjukkan profil keamanan yang lebih baik dibandingkan dosis 3 g per hari.

Dosis standar untuk profilaksis rejeksi jantung

Dosis awal mycophenolate mofetil oral sebaiknya diberikan dalam waktu 5 hari setelah transplantasi. Dosis 1,5 g yang diberikan dua kali sehari (dosis harian 3 g) direkomendasikan untuk digunakan pada pasien transplantasi jantung.

Administrasi oral

Dosis awal mycophenolate mofetil harus diberikan sesegera mungkin setelah transplantasi ginjal atau jantung.

Kontraindikasi :

Reaksi alergi terhadap mycophenolate mofetil telah diamati. Oleh karena itu, mycophenolate mofetil dikontraindikasikan bagi pasien yang hipersensitif terhadap mycophenolate mofetil atau asam mycophenolate.

Peringatan dan Perhatian :

– Kasus pure red cell aplasia (PRCA) telah dilaporkan pada pasien yang mendapatkan mycophenolate mofetil yang dikombinasikan dengan imunosupresan lainnya. Mekanisme mycophenolate mofetil dalam menyebabkan PRCA tidak diketahui; mekanisme kontribusi dari imunosupresan lain dan kombinasinya sebagai regimen imunosupresan juga tidak diketahui. Dalam beberapa kasus, PRCA yang terjadi bersifat reversibel dengan penghentian dosis terapi mycophenolate mofetil. Meskipun demikian, imunosupresan dapat menyebabkan organ yang ditransplantasikan menjadi berisiko. Seperti pada semua pasien yang menerima regimen imunosupresan yang melibatkan kombinasi obat-obatan, pasien yang menerima mycophenolate mofetil sebagai bagian dari regimen imunosupresan berisiko tinggi terkena limfoma dan kelainan lainnya, terutama kulit. Risiko tersebut tampaknya lebih terkait dengan intensitas dan durasi dari imunosupresan dibandingkan dengan penggunaan obat lainnya.

– Karena adanya risiko yang tinggi terkena kanker kulit, paparan sinar matahari dan sinar UV harus dibatasi dengan menggunakan pakaian pelindung dan menggunakan tabir surya dengan faktor proteksi tinggi.

– Pasien yang mendapatkan terapi mycophenolate mofetil harus diminta untuk melaporkan setiap kejadian infeksi, memar yang tak terduga, pendarahan atau manifestasi lain dari depresi sumsum tulang belakang.

– Penekanan sistem kekebalan tubuh juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi termasuk infeksi oportunistik, infeksi yang bersifat fatal dan sepsis.

– Pasien harus diinformasikan bahwa selama pengobatan dengan mycophenolate mofetil vaksinasi mungkin menjadi kurang efektif dan penggunaan vaksin dengan kuman yang dilemahkan sebaiknya dihindari. Vaksinasi influenza dapat bermanfaat. Dokter harus mengacu pada panduan nasional dalam pemberian vaksinasi influenza.

– Karena mycophenolate mofetil dikaitkan dengan peningkatan kejadian efek samping sistem pencernaan, termasuk kasus yang jarang seperti ulserasi saluran pencernaan, perdarahan, dan perforasi, sebaiknya mycophenolate mofetil harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan yang berat.

– Karena mycophenolate mofetil adalah penghambat inosine monophosphate dehydrogenase (IMPDH), secara teori pemberiannya harus dihindari pada pasien dengan kelainan herediter yang langka berupa defisiensi hipoxanthine-guanine phosporibosyl-transferase (HGPRT) seperti sindrom Lesch-Nyhan dan Kelley-Seegmiller.

– Mycophenolate mofetil tidak direkomendasikan untuk diberikan bersama dengan penghambat inosine monophosphate dehydrogenease (IMPDH), karena keduanya memiliki potensi untuk menyebabkan penekanan sumsum tulang dan pemberian bersamaan kedua obat tersebut belum pernah diteliti.

– Mengingat terjadi penurunan yang signifikan pada AUC MPA oleh cholestyramine, pemberian mycophenolate mofetil dengan obat-obatan yang mengganggu resirkulasi enterohepatik harus dilakukan secara hati-hati karena berpotensi mengurangi efikasi mycophenolate mofetil.

– Pemberian dengan dosis lebih besar dari 1 g b.i.d kepada pasien dengan penyakit ginjal kronik berat harus dihindari. Tidak dibutuhkan penyesuaian dosis bagi pasien pasca transplantasi dengan fungsi graft ginjal yang tertunda, namun pasien harus dimonitor secara ketat. Tidak ada data penggunaan mycophenolate mofetil pada pasien transplantasi jantung dengan gangguan ginjal berat.

– Pasien lansia mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami efek samping dibandingkan pasien yang lebih muda.

– Pengawasan laboratorium, pasien yang mendapatkan mycophenolate mofetil harus melakukan pemeriksaan hitung darah lengkap setiap minggu selama bulan pertama pengobatan, selanjutnya dua kali sebulan untuk bulan kedua dan ketiga, kemudian satu bulan sekali sampai tahun pertama. Secara khusus, pasien yang mendapatkan terapi mycophenolate mofetil harus diamati akan adanya kejadian neutropenia. Neutropenia yang terjadi dapat terkait dengan terapi mycophenolate mofetil, obat lain yang diberikan secara bersamaan, infeksi virus atau beberapa kombinasi dari penyebab ini. Apabila neutropenia terjadi (hitung jumlah neutrofil absolut <1,3 x 10? / µL), dosis dengan mycophenolate mofetil harus dihentikan atau dikurangi dan pasien harus diobservasi dengan seksama.

– Kehamilan dan Menyusui

Efek samping pada perkembangan janin (termasuk malformasi) terjadi saat diberikan pada tikus hamil dan kelinci diterapi selama fase organogenesis. Kejadian ini juga terjadi pada dosis yang lebih rendah daripada dosis yang menyebabkan toksisitas maternal, dan di bawah dosis klinis yang direkomendasikan untuk transplantasi ginjal atau jantung. Tidak terdapat penelitian yang adekuat dan terkontrol dari mycophenolate mofetil pada wanita hamil. Karena mycophenolate mofetil telah menunjukkan efek teratogenik pada hewan sehingga dapat membahayakan janin apabila diberikan pada wanita hamil, maka pemberian mycophenolate mofetil harus dihindari pada saat hamil kecuali jika potensi manfaatnya lebih besar dari potensi risiko bagi janin. Wanita yang memiliki potensi hamil harus memiliki tes kehamilan urin yang negatif dengan sensitivitas minimal 50mIU/mL dalam 1 minggu sebelum terapi dimulai. Terapi mycophenolate mofetil tidak boleh dilakukan oleh dokter sampai diperoleh laporan tes kehamilan yang negatif.

Efek Samping :

– Kejadian yang tidak diinginkan terkait dengan penggunaan imunosupresan seringkali sulit dilakukan karena adanya penyakit yang mendasarinya dan penggunaan obat lain secara bersamaan.

– Kejadian yang tidak diinginkan yang terutama terjadi karena pemberian mycophenolate mofetil dalam pencegahan rejeksi transplantasi ginjal dan jantung yang dikombinasikan dengan cyclosporin dan kortikosteroid meliputi diare, leukopenia, sepsis dan muntah, dan terdapat eviden dari frekuensi yang lebih tinggi untuk jenis infeksi tertentu, seperti infeksi oportunistik.

– Diare dan leukopenia, diikuti oleh anemia, mual, nyeri perut, sepsis, mual dan muntah dan dispepsia adalah efek samping utama yang dilaporkan lebih sering pada pasien yang menerima mycophenolate mofetil.

– Keganasan, seperti halnya pasien yang menerima regimen imunosupresan yang melibatkan kombinasi beberapa obat, pasien yang mendapatkan terapi mycophenolate mofetil sebagai bagian dari regimen imunosupresan berisiko tinggi untuk mengidap limfoma dan keganasan lainnya, terutama keganasan kulit.

– Infeksi oportunistik, semua pasien transplantasi berisiko tinggi terkena infeksi oportunistik, risiko ini meningkat dengan semakin banyaknya imunosupresan yang diberikan. Infeksi oportunistik yang paling umum dialami pasien yang menerima mycophenolate mofetil adalah kandida mukokutan, viremia/sindrom CMV dan herpes simpleks.

– Pasien lansia (=65 tahun), terutama mereka yang menerima mycophenolate mofetil sebagai bagian dari regimen kombinasi imunosupresan, dapat memiliki risiko infeksi tertentu yang lebih tinggi (termasuk penyakit invasif jaringan sitomegalovirus) dan mungkin perdarahan saluran pencernaan serta edema paru, dibandingkan pasien dengan usia muda.

Interaksi Obat :

– Acyclovir: Konsentrasi plasma MPAG dan acyclovir yang lebih tinggi diamati saat mycophenolate mofetil diberikan bersama dengan acyclovir dibandingkankan saat masing-masing obat diberikan secara tersendiri. Karena konsentrasi plasma MPEG meningkat dengan adanya kerusakan ginjal, demikian juga halnya dengan konsentrasi acyclovir, potensi kedua obat terjadi pada saat disekresi di tubulus ginjal, yang selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi kedua jenis obat ini.

– Antasida dengan magnesium dan aluminium hidroksida: penyerapan mycophenolate mofetil menurun saat diberikan bersama dengan antasida.

– Cholestyramine: Perhatian harus dilakukan selama mycophenolate mofetil dan chloestyramine diberikan secara bersamaan atau bersama obat lain yang mengganggu sirkulasi enterohepatik.

– Cyclosporin A: Farmakokinetik cyclosporin tidak terpengaruh oleh mycophenolate mofetil.

– Ganciclovir: Perlu dilakukan antisipasi apabila ada Kombinasi antara mycophenolate mofetil dan Ganciclovir (yang berkompetisi dalam hal mekanisme sekresi di tubulus ginjal). Tidak terdapat perubahan substansial dari farmakokinetik MPA dan konsentrasi ganciclovir Tidak ada perubahan substansial dari farmakokinetik MPA yang dan penyesuaian dosis mychophenolate mofetil yang diperlukan. Pada gangguan fungsi ginjal dimana mycophenolate mofetil dan ganciclovir diberikan bersama, pasien harus dipantau dengan hati-hati.

– Kontrasepsi oral: Farmakokinetik kontrasepsi oral tidak terpengaruh dengan pemberian mycophenolate mofetil. Kombinasi mycophenolate mofetil (1g bid) dan kontrasepsi oral yang mengandung ethinylestradiol (0,2-0,4 mg) dan levonorgestrel (0,5 – 0,20 mg), desogestrel (0,15 mg) atau gestoden (0,05 – 0,10 mg) tidak menunjukkan pengaruh yang relevan dari mycophenolate mofetil pada kadar progesterone serum, LH dan FSH sehingga mengindikasikan tidak adanya pengaruh mycophenolate mofetil pada aktivitas penekanan ovulasi dari kontrasepsi oral.

– Trimethoprim / sulphamethoxazole: Tidak terdapat efek pada bioavailabilitas dari MPA yang teramati.

– Tacrolimus:mPada pasien transplantasi: Pasien transplantasi ginjal yang sudah dalam kondisi stabil yang menerima cyclosporine dan mycophenolate mofetil (1g b.i.d) menunjukkan peningkatan MPA plasma AUC dan penurunan Cmax MPAG. Mekanisme temuan ini belum dipahami dengan baik. Peningkatan sekresi empedu MPAG disertai dengan peningkatan resirkulasi enterohepatik dari MPA mungkin menjadi bagian dari penyebab ini, karena adanya peningkatan profil waktu konsentrasi MPA (4-12 jam setelah pemberian obat). Bagi pasien yang mendapatkan terapi tacrolimus, dosis mycophenolate mofetil yang diberikan sebaiknya tidak melebihi 1 g, dua kali sehari. Pasien harus diamati dan ditangani secara hati-hati.

Dalam penelitian lain terhadap pasien transplantasi ginjal menunjukkan bahwa konsentrasi tacrolimus tampaknya tidak terpengaruh oleh pemberian mycophenolate mofetil.

Interaksi lainnya: Pemberian probenecid bersama dengan mycophenolate mofetil pada kera meningkatkan AUC plasma dari MPAG. Oleh sebab itu, obat lain yang diketahui mengalami sekresi di tubulus ginjal dapat berkompetisi dengan MPAG dan dengan demikian meningkatkan konsentrasi MPAG dalam plasma atau obat lain yang disekresi di tubulus ginjal.

– Vaksin hidup: Vaksin hidup tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan respons imun. Respons antibodi terhadap vaksin lain mungkin akan berkurang.

Farmasi :

PT. Kalbe Farma Tbk.

About WebDokter ID

Web Dokter ID email: webdokterid@gmail.com

View all posts by WebDokter ID →