Komposisi:
Rituximab 100 mg/10 mL (Indonesia)
Rituximab 500 mg/50 mL (Indonesia, Malaysia, Myanmar)
Eksipien: sodium chloride, sodium citrate dihydrate, polysorbate 80, hydrochloric acid, sodium hydroxide, WFI.
Bentuk sediaan:
Larutan konsentrat untuk infus dalam vial 10 mL dan 50 mL.
Farmakologi:
Rituximab merupakan antibodi monoklonal chimeric mencit/manusia yang mengikat antigen transmembran, CD20 secara spesifik. Antigen ini terletak pada limfosit pra-B atau limfosit B matur, tetapi tidak terdapat pada sel punca hematopoietik, sel pro-B, sel plasma normal atau jaringan normal lainnya. Antigen ini diekspresikan pada > 95% dari semua sel B limfoma non-Hodgkin (NHL). Rituximab mengikat antigen CD20 pada limfosit B dan memulai reaksi imunologi yang memperantarai lisisnya sel B. Kemungkinan mekanisme lisis sel meliputi sitotoksisitas yang tergantung komplemen (CDC), sitotoksisitas seluler yang tergantung antibodi (ADCC), induksi apoptosis.
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Berdasarkan analisis farmakokinetik dan farmakodinamik pada pasien diffuse large B cell lymphoma (DLBCL) CD20+ (n= 251) yang mendapat terapi lini pertama Rituxikal atau Rituximab 375 mg/m2 hari 1, keduanya dalam kombinasi dengan CHOP (cyclophosphamide 750 mg/m2 hari 1, doxorubicin 50 mg/m2 hari 1, vincristine 1,4 mg/m2 hari 1, prednisone 40 mg/m2 atau 100 mg hari 1-5) setiap 3 minggu sebanyak 6 siklus, geometric least square mean ratio (GLSMR) dari Rituxikal dibandingkan Rituximab adalah 99,2% (90% CI 93,6-105%) untuk AUC dan 99,6% (90% CI 93,9-105%) untuk Cmaks,sd pada siklus pertama sedangkan GLSMR kadar mantap adalah 103% (90% CI 98,5-107%) untuk AUC dan 104% (90% CI 99,5-109%) untuk Cmaks,ss. Rituxikal dan Rituximab menunjukkan profil konsentrasi serum-waktu yang sebanding dan GLSMR berada dalam rentang 80-125%. Profil farmakodinamik dalam hal mulai kerja, besarnya, dan durasi respons sebanding antara Rituxikal dan Rituximab. Efikasi Dalam studi fase III, tersamar ganda, secara acak, sejumlah 241 pasien (usia ≥ 18 tahun dan ≤ 65 tahun) dengan diffuse large B cell lymphoma (DLBCL) CD20+ mendapat terapi lini pertama Rituxikal atau Rituximab 375 mg/m2 hari 1, keduanya dalam kombinasi dengan CHOP (cyclophosphamide 750 mg/m2 hari 1, doxorubicin 50 mg/m2 hari 1, vincristine 1,4 mg/m2 hari 1, prednisone 40 mg/m2 atau 100 mg hari 1-5) setiap 3 minggu sebanyak 6 siklus. Response rate (RR) dicapai sebesar 84,7% dengan Rituxikal plus CHOP dan 80,8% dengan Rituximab plus CHOP.
Efikasi
Rituxikal sebanding dengan Rituximab dalam kombinasi dengan CHOP dalam hal respons tumor karena batas bawah 95% confidence interval di atas batas non-inferiority -13% (95% CI -6,2% sampai 14,03%).
Indikasi:
Limfoma Non-Hodgkin (NHL)
• Rituxikal diindikasikan untuk terapi pasien dengan limfoma non-Hodgkin sel B, CD20 positif, derajat rendah atau folikuler yang relaps atau kemoresisten.
• Rituxikal diindikasikan untuk terapi pasien dengan limfoma folikuler stadium III-IV dalam kombinasi dengan kemoterapi CVP.
• Rituxikal diindikasikan untuk pasien dengan limfoma folikuler sebagai terapi pemeliharaan, setelah respons terhadap terapi induksi.
• Rituxikal diindikasikan untuk terapi pasien dengan limfoma non-Hodgkin diffuse large B-cell CD20 positif dalam kombinasi dengan kemoterapi CHOP.
Leukemia Limfositik Kronik
Rituxikal dalam kombinasi dengan fludarabine dan cyclophosphamide diindikasikan untuk terapi pasien dengan leukemia limfositik kronik (CLL) yang belum diterapi sebelumnya dan relaps/refrakter.
Dosis dan Cara Pemberian:
Limfoma non-Hodgkin derajat rendah atau folikuler
Formulasi intravena
Premedikasi yang terdiri dari anti-piretik dan anti-histamin, seperti paracetamol dan diphenhydramine, harus selalu diberikan sebelum setiap infus Rituxikal. Premedikasi dengan glucocorticoid harus dipertimbangkan jika Rituxikal tidak diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi yang mengandung steroid untuk terapi limfoma non-Hodgkin.
Terapi inisial:
• Monoterapi intravena Dosis Rituxikal yang direkomendasikan untuk monoterapi pasien dewasa adalah 375 mg/m2 luas permukaan tubuh, diberikan sebagai infus IV satu kali seminggu selama 4 minggu.
• Terapi kombinasi intravena Dosis Rituxikal IV yang direkomendasikan dalam kombinasi dengan kemoterapi adalah 375 mg/m2 luas permukaan tubuh per siklus dengan total:
– 8 siklus dengan R-CVP (21 hari/siklus)
– 8 siklus dengan R-MCP (28 hari/siklus)
– 8 siklus dengan R-CHOP (21 hari/siklus); 6 siklus jika remisi komplit dicapai setelah 4 siklus.
– 6 siklus dengan R-CHVP-interferon (21 hari/siklus)
Rituxikal harus diberikan pada hari 1 setiap siklus kemoterapi setelah pemberian IV komponen glucocorticoid dari kemoterapi, jika memungkinkan.
Penyesuaian dosis selama terapi:
Tidak terdapat penurunan dosis Rituxikal yang direkomendasikan. Jika Rituxikal diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi, penurunan dosis standar untuk obat kemoterapi harus digunakan.
Terapi kembali setelah relaps pada limfoma non-Hodgkin:
Pasien yang sebelumnya berespons terhadap Rituxikal diterapi lagi dengan Rituxikal dengan dosis 375 mg/m2 luas permukaan tubuh, diberikan sebagai infus IV satu kali seminggu selama 4 minggu.
Terapi pemeliharaan:
Pasien yang belum diterapi sebelumnya setelah respons terhadap terapi induksi dapat menerima terapi pemeliharaan dengan Rituxikal yang diberikan dengan dosis 375 mg/m2 luas permukaan tubuh setiap 2 bulan sampai penyakitnya progresif atau selama periode maksimum 2 tahun (12 infus).
Pasien relaps/refrakter setelah respons terhadap terapi induksi dapat menerima terapi pemeliharaan dengan Rituxikal yang diberikan dengan dosis 375 mg/m2 luas permukaan tubuh setiap 3 bulan sampai penyakitnya progresif atau selama periode maksimum 2 tahun.
Limfoma non-Hodgkin diffuse large B cell
Formulasi intravena
Premedikasi yang terdiri dari anti-piretik dan anti-histamin, seperti paracetamol dan diphenhydramine, harus selalu diberikan sebelum setiap infus Rituxikal. Premedikasi dengan glucocorticoid harus dipertimbangkan jika Rituxikal tidak diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi yang mengandung steroid untuk terapi limfoma non-Hodgkin.
Rituxikal harus digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi CHOP. Dosis Rituxikal IV yang direkomendasikan adalah 375 mg/m2 luas permukaan tubuh, diberikan pada hari 1 setiap siklus kemoterapi selama 8 siklus setelah pemberian IV komponen glucocorticoid dari CHOP. Keamanan dan efikasi rituximab belum diketahui dalam kombinasi dengan kemoterapi lain.
Penyesuaian dosis selama terapi:
Tidak terdapat penurunan dosis Rituxikal IV yang direkomendasikan. Jika Rituxikal IV diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi, penurunan dosis standar untuk obat kemoterapi harus digunakan.
Infus pertama:
Kecepatan awal untuk infus yang direkomendasikan adalah 50 mg/jam; setelah 30 menit pertama, dapat ditingkatkan dengan kelipatan 50 mg/jam setiap 30 menit, sampai maksimum 400 mg/jam.
Infus IV berikutnya:
Dosis Rituxikal IV berikutnya dapat diinfuskan dengan kecepatan awal 100 mg/jam, dan ditingkatkan dengan kelipatan 100 mg/jam dengan interval 30 menit, sampai maksimum 400 mg/jam.
Leukemia limfositik kronik
Hanya untuk formulasi intravena
Premedikasi yang terdiri dari obat analgesik/anti-piretik (seperti paracetamol) dan anti-histamin (seperti diphenhydramine), harus selalu diberikan sebelum setiap infus Rituxikal. Premedikasi dengan glucocorticoid harus dipertimbangkan jika Rituxikal tidak diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi yang mengandung steroid.
Profilaksis dengan hidrasi adekuat dan pemberian urikostatik yang dimulai 48 jam sebelum memulai terapi direkomendasikan untuk pasien CLL untuk menurunkan risiko sindrom lisis tumor. Untuk pasien CLL dengan jumlah limfosit > 25 x 109/L, direkomendasikan untuk memberikan prednisone/prednisolone 100 mg intravena sebelum infus dengan rituximab IV untuk menurunkan laju dan tingkat keparahan reaksi infus akut dan/atau sindrom pelepasan sitokin.
Dosis Rituxikal IV yang direkomendasikan dalam kombinasi dengan kemoterapi untuk pasien yang belum diterapi sebelumnya atau pasien relaps/refrakter adalah 375 mg/m2 luas permukaan tubuh, diberikan pada hari 1 siklus terapi pertama diikuti 500 mg/m2 luas permukaan tubuh, diberikan pada hari 1 setiap siklus berikutnya selama 6 siklus. Kemoterapi harus diberikan setelah infus rituximab.
Penyesuaian dosis selama terapi:
Tidak terdapat penyesuaian dosis Rituxikal yang direkomendasikan. Jika Rituxikal diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi, penurunan dosis standar untuk obat kemoterapi harus digunakan.
Infus pertama:
Kecepatan awal untuk infus yang direkomendasikan adalah 50 mg/jam; setelah 30 menit pertama, dapat ditingkatkan dengan kelipatan 50 mg/jam setiap 30 menit, sampai maksimum 400 mg/jam.
Infus IV berikutnya:
Dosis Rituxikal IV berikutnya dapat diinfuskan dengan kecepatan awal 100 mg/jam, dan ditingkatkan dengan kelipatan 100 mg/jam dengan interval 30 menit, sampai maksimum 400 mg/jam.
Petunjuk khusus untuk pelarutan
Ambil sejumlah Rituxikal yang diperlukan dengan kondisi aseptik dan larutkan sampai konsentrasi rituximab 1 sampai 4 mg/mL dalam kantung infus yang mengandung larutan saline 0,9% non-pirogenik atau dextrose 5% yang steril. Untuk mencampur larutan, balik kantung infus secara perlahan untuk menghindari terbentuknya buih. Obat parenteral harus diinspeksi secara visual untuk partikulat dan perubahan warna sebelum pemberian. Larutan infus Rituxikal IV yang telah disiapkan stabil secara fisik dan kimia selama 24 jam pada suhu 2-8°C dan 12 jam pada suhu kamar.
Dari sudut pandang mikrobiologi, larutan infus yang telah disiapkan harus segera digunakan. Jika tidak segera digunakan, waktu dan kondisi penyimpanan sebelum digunakan adalah tanggung jawab pengguna dan secara normal tidak lebih dari 24 jam pada suhu 2-8°C, kecuali pelarutan dilakukan dalam kondisi aseptik terkontrol dan tervalidasi.
Kontraindikasi:
Kontraindikasi untuk penggunaan dalam limfoma non-Hodgkin
Hipersensitivitas terhadap bahan aktif atau pembawa lain dari produk ini atau terhadap protein murine.
Peringatan dan Perhatian:
• Reaksi terkait infus/pemberian
• Kejadian paru
• Lisis tumor cepat
• Kardiovaskuler
• Pemantauan jumlah darah
• Infeksi
• Infeksi hepatitis B
• Leukoensefalopati Multifokal Progresif (PML)
• Reaksi kulit
• Imunisasi
• Rituximab tidak boleh diberikan pada wanita hamil kecuali kemungkinan manfaat melebihi potensi risikonya.
• Karena IgG maternal memasuki air susu, rituximab tidak boleh diberikan pada ibu menyusui.
• Keamanan dan efektivitas rituximab pada pasien anak belum diketahui.
Interaksi Obat:
Pada pasien CLL, pemberian bersama rituximab tidak menunjukkan efek terhadap farmakokinetik fludarabine atau cyclophosphamide, selain itu, tidak terdapat efek fludarabine dan cyclophosphamide terhadap farmakokinetik rituximab.
Pasien dengan titer human anti-mouse antibody (HAMA) atau human anti-chimeric antibody (HACA) dapat mengalami reaksi alergi/hipersensitivitas jika diterapi dengan antibodi monoklonal diagnostik atau terapeutik lain.
Tolerabilitas kombinasi rituximab dengan agen lain selain kemoterapi CHOP secara simultan atau sekuensial, yang berperan dalam menyebabkan penurunan jumlah sel B normal belum diketahui.
Efek Samping:
Sangat sering (≥ 10%) pada pasien dengan limfoma derajat rendah atau folikuler yang mendapat monoterapi rituximab atau terapi pemeliharaan rituximab: infeksi bakteri, infeksi virus, neutropenia, leukopenia, angioedema, mual, pruritus, ruam, demam, menggigil, astenia, sakit kepala, penurunan kadar IgG.
Efek samping berat sangat sering (≥ 10%) pada pasien yang mendapat R-CHOP pada DLBCL, R-CHOP pada limfoma folikuler, R-CVP pada limfoma folikuler, R-FC pada leukemia limfositik kronik yang belum diterapi sebelumnya atau relaps/refrakter: bronkitis, neutropenia, demam neutropenia, trombositopenia, alopesia.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu 2-8°C.
Tidak boleh dibekukan dan dikocok.
Simpan vial dalam boks dan kemasan asli untuk melindungi konten dari cahaya.